Memang...bila orang diperhadapkan pada situasi yang sangat sulit misalnya seperti kehilangan orang yang sangat kita kasihi, atau menderita sakit kronis/ sudah divonis dokter hidup tinggal beberapa saat lagi, atau masalah-masalah sulit didalam bidang keuangan atau relasi dengan sesama - seringkali menjadi sangat frustasi, seolah-olah tidak ada harapan, depresi berat atau malah memiliki keinginan untuk mencabut nyawanya sendiri. - saya namakan ini kelompok 1
Buat mereka yang tidak pernah mengalami hal seperti diatas mungkin akan berkata 'yah...kok gitu aja dah stress...banyak berdoa donk sama Tuhan' atau ' jangan takut...jangan stress...' Reaksinya orang yang memiliki mental yang terganggu ada dua : ada yang menghancurkan hidupnya sendiri dan yang lebih parah adalah kalau orang tersebut menghancurkan hidup orang lain - hal ini banyak terjadi belakangan ini.
Di sisi lain, ada sekelompok orang yang memiliki mental yang sangat kuat. Mereka dapat bertahan bahkan keluar dari masalah tersebut dan menjadi 'pemenang'.
Saya berikan contoh misalnya, Nelson Mandela - 27 tahun mendekap dalam penjara sebagai tahanan politik tapi tetap bisa berpikir dan setelah keluar dari penjara tidak menyimpan kepahitan sehingga bisa memulai rekonsiliasi Afrika Selatan.
Ada contoh lain yaitu Victor Frankl, bisa bertahan, tetap hidup dan tidak menjadi frustasi setelah menjadi korban kekejaman di kamp konsentrasi Nazi - setiap hari melihat kekejian Nazi yang membantai puluhan ribu orang Yahudi.
Contoh lainnya lagi adalah Joni Eareckson Tada, yang mengalami kelumpuhan total dan hanya bisa menggerakkan kepalanya saja, tetapi tidak meratapi kondisi fisiknya.
- saya namakan ini kelompok 2
Kemudian saya jadi bertanya-tanya apa yang membedakan kelompok 1 yang lemah sedangkan ada orang-orang yang memiliki mental yang sangat kuat seperti pada kelompok 2.
Apakah orang yang di dalam kelompok 2 bisa merasa bangga bahwa mereka memiliki mental baja? ataukah orang yang di kelompok 1 perlu merasa minder karena tidak memiliki mental yang kuat?
Tentu saja TIDAK.
Kondisi Mental yang lemah bisa terjadi pada siapa saja, pria atau wanita, kaya atau miskin, anak kecil maupun orang dewasa, orang yang rajin membaca kitab suci, rajin melakukan kegiatan kerohanian maupun orang yang tidak beragama sekalipun.
Tuhan menciptakan tubuh manusia sangat kompleks dan kalau kita mempelajari sedikit saja tentang cara kerja tubuh manusia, kita akan semakin tercengang-cengang betapa rumitnya cara kerja tubuh kita.
Banyak hal yang terjadi di dalam tubuh kita yang kemudian terlihat dalam penampakan luar kita, seperti kondisi mental, emosi, cara berpikir, cara bicara, cara bertindak dlsbnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mental seseorang :
1. Kondisi Pencernaan
Hippocrates pernah mengatakan ' All Disease begins in the Gut' - diterjemahkan ' Segala jenis penyakit berawal dari perut'
Kondisi pencernaan dipengaruhi oleh kualitas makanan, kondisi bakteri, toxin, pathogen.Di dalam perut kita terdapat banyak sekali jenis bakteri dan jumlahnya diseluruh tubuh kita sampai 100 triliyun.
Keberadaan bakteri di dalam perut kita sangat mempengaruhi otak.
Telah dibuktikan bahwa ada jaringan syaraf yang menghubungkan usus besar kita dengan otak secara langsung. Bakteri di perut menghasilkan serotonin, dopamin dll yang dibutuhkan otak yang salah satunya untuk mempengaruhi emosi.
Bakteri-bakteri yang baik harus jauh lebih banyak jumlahnya dari bakteri yang buruk.
Mengkonsumsi antibiotik yang terus menerus dan dalam jangka waktu panjang bisa mematikan bakteri yang baik di dalam perut kita.
Penemuan ilmuwan belakangan ini tentang pentingnya bakteri yang bagus di dalam perut kita, sampai-sampai ada yang disebut Fecal Bacteriotherapy - stool transplant : proses transplantasi bakteri fecal dari orang yang sehat ke pasien yang menderita gangguan pencernaan.
Jenis makanan yang berdampak buruk bagi tubuh kita : gandum (tepung terigu),gula dan minyak sayur yang terhidrogenasi, dan secara umum adalah makanan kaleng.
Gangguan di dalam perut/pencernaan pasti mempengaruhi cara kerja otak, yang secara umum dikenal sebagai Leaky Gut, termasuk di dalamnya Celiac Disease, Irritable Bowel Syndrome (IBS)
2. Hormon
Misalkan seseorang kekurangan hormon thyroid, orang tersebut akan menjadi lemas, kurang bersemangat dan akhirnya juga bisa mempengaruhi emosi.
3. Lingkungan
Bila seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat stress - perang, kemungkinan besar orang tersebut bisa terganggung mentalnya, atau bila seseorang dikirim ke medan perang yang setiap hari mendengar dentuman meriam yang sangat keras dan melihat orang tewas dalam kondisi mengenaskan dan bila ia sebagai tentara harus membunuhnya...bisa jadi setelah pulang dari medan perang ia akan terganggu mentalnya.
4. Kualitas tidur
Sering kali kita mengganggap tidur sebagai hal yang biasa, sehingga kalau seseorang mengalami gangguan tidur, tidak ditanggapi secara serius. Padahal tidur merupakan salah satu proses yang paling esensial untuk memulihkan kondisi tubuh. Kualitas tidur lebih utama daripada kuantitasnya. Seringkali kita berpikir sudah mendapatkan tidur yang nyenyak, padahal belum tentu. Gangguan tidur yang paling sering terjadi adalah Sleep Apnea - mendengkur dan berhenti nafas selama tidur - hal ini baru bisa dideteksi bila kita melakukan Sleep Study dengan bantuan dokter ahli.
Seseorang yang mengalami gangguan tidur, akan menjadi lemas, emosi meningkat dan kurang bisa berpikir jernih.
5. Cara bernafas
Saya dapat memastikan bahwa yang membaca tulisan ini pasti masih
bernafas :), tapi apakah cara bernafas kita sudah benar? Belum tentu! Selama ini kita sering menganggap bahwa cara bernafas yang benar adalah menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan sampai habis. Ini didasarkan pada asumsi bahwa karbondioksida harus dibuang dan kita sangat memerlukan oksigen sebanyak mungkin. Tetapi tidak demikian yang sebenarnya terjadi. Tubuh kita membutuhkan kadar karbondioksida dan oksigen yang seimbang, agar oksigen bisa diserap oleh sel. Hal ini sudah diatur melalui mekanisme yang disebut Bohr Effect.
Mengapa cara bernafas yang benar mempengaruhi mental seseorang? Hal itu dikarenakan bila kadar karbondioksida rendah maka semakin sedikit oksigen yang diserap oleh otak, padahal otak kita sangat membutuhkan oksigen.
Mungkin ada orang yang setelah membaca tulisan ini akan berkata 'ini bukan untuk saya' atau ' saya tidak merasa stress, saya dalam kondisi yang sehat'
Bersyukur sekali bila memang Anda benar-benar sehat, dan alangkah baik nya Anda bisa mempertahankan tubuh untuk tetap sehat sehingga kondisi mental juga sehat.
Tetapi seringkali kita tidak menyadari perubahan kondisi mental kita, sebaiknya kita menjadi sadar dengan perubahan-perubahan kecil yang terjadi di tubuh kita - biasanya tubuh merasa cepat lelah, mudah terserang penyakit, emosi cepat meningkat, tidak memiliki semangat, atau gelisah yang tidak ada alasannya - yang kalau dalam jangka waktu lama akan menumpuk dan mempengaruhi kondisi mental kita.
Beberapa tips yang mungkin dapat menolong Anda untuk tidak menjadi tekanan mental yang berkepanjangan :
1. Perbanyak asupan bakteri yang bagus
- Kimchi
- Sauerkraut
- Kombucha
- supplement Probiotik
2. Konsumsi Vitamin atau Supplemen yang baik
Supplement yang dapat membantu tubuh u memperbaikin hormon : Potasium Iodine, 5 HTP
Vitamin C, K2, D3, magnesium, B3, B12, B6, Choline sangat baik untuk kerja otak.
3. Perbanyak asupan ikan laut yang banyak mengandung omega-3 (DHA - EPA) seperti Salmon, kerang, ikan teri
4. Lakukan test untuk mengetahui kualitas tidur Anda, silahkan cek di rumah sakit terdekat untuk Sleep Study
5. Lakukan latihan bernapas yang benar.
Pelajari cara bernafas menurut Buteyko Breathing Method.
6. Pelajari lebih lanjut pengaruh gandum (tepung terigu), dan minyak sayur (karena banyak mengandung omega 6) terhadap kondisi mental seseorang.
Yang terpenting adalah berdoa memohon belas kasihan dari Tuhan supaya kita semua tetap bisa memiliki tubuh yang sehat sehingga memiliki mental yang sehat pula.
No comments:
Post a Comment